


WARTA-1 – Penggunaan teknologi dalam memperoleh informasi dan memfasilitasi komunikasi melalui internet memiliki dampak yang signifikan baik. Salah satunya dalam kehidupan sehari-hari maupun aktivitas politik di seluruh dunia.
Ketua Komisi I DPR Meutya Viada Hafid mengatakan, banyak aspek kehidupan politik yang dipengaruhi oleh penggunaan internet. Termasuk pada generasi milenial.
“Seiring dengan semakin matangnya kesadaran politik masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan Generasi Z, diharapkan bahwa isu politik terkait identitas yang diselimuti oleh provokasi dan kebencian di media sosial tidak menjadi faktor utama dalam menentukan pilihan pada pemilu 2024 mendatang,” kata Meutya dalam Webinar bertajuk “Manfaat Politik Identitas Bagi Elektoral” yang diselenggarakan Kementerian Kominfo, Selasa kemarin.
“Jangan sampai penyelenggaraan pemilu terus menunjukkan polarisasi dan perpecahan di tengah lapisan sosial masyarakat Indonesia,” tambahnya.
Menurutnya, elektoral merupakan sebuah proses yang membutuhkan pentingnya kuantitas suara. Kebutuhan jumlah suara dalam memenangkan proses elektoral akan sangat mempengaruhi strategi pemenangan.
“Salah satu yang sangat mudah untuk memobilisasi massa dalam memenangkan suara adalah dengan menggunakan politik identitas,” kata Meutya.
Nara sumber yang lain, Ketua DPP Partai Ummat, Mustofa Nahrawardaya mengatakan, politik identitas bisa menjadi hal yang positif jika digunakan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Mustofa menegaskan, agama dan politik seharusnya tak terpisahkan. Oleh karena itu, sebagai partai politik yang mengedepankan nilai-nilai Islam, pihaknya akan membuat semua program dan tindakan mereka berdasarkan syariat Islam.
“Sesuai Pancasila sila pertama, tanpa agama politik akan kehilangan arah,” tambahnya.
Namun di sisi lain, Luluk Hamidah selaku Ketua DPP PKB menjelaskan bahwa politik identitas dapat menimbulkan peperangan dan perpecahan karena menggunakan simbol-simbol identitas di tengah keberagaman Indonesia.
“Politik identitas sebenarnya tidak bahaya, selagi menggunakan hal-hal yang menyesatkan dan tidak berbalut ujaran kebencian. Namun kerap kali politisi identitas melahirkan peperangan dan diskriminasi,” tegasnya.
Menurutnya, pemilih yang tidak rasional akan terus bermunculan apabila politik identitas yang dibalut dengan kebencian terus digunakan sebagai senjata dalam berpolitik. Sebab itu, Luluk mengingatkan masyarakat untuk tetap berhati-hati.
“Kita harus bisa hati-hati dalam menempatkan politik, anak-anak muda perlu politik yang sehat, dan gembira, perlu politik yang memiliki kebersamaan tanpa merasa asing satu sama lain,” ujarnya. (berita dan foto: medcom)