


WARTA-1 – Sejumlah demonstran bentrok dengan pasukan keamanan Prancis pada Kamis 23 Maret 2023. Insiden ini menjadi kekerasan paling serius dalam demonstrasi tiga bulan melawan reformasi pensiun yang dilakukan oleh Presiden Emmanuel Macron.
Dari bentrokan itu, dikabarkan puluhan polisi terluka, dan banyak dari pengunjuk rasa ditangkap di seluruh negeri, kata pemerintah, ketika protes sehari berubah menjadi kekerasan di beberapa kota termasuk Paris. Api tampak dinyalakan oleh pengunjuk rasa di pusat bersejarah kota.
Keributan atas penerapan reformasi telah berubah menjadi krisis domestik terbesar dari masa jabatan kedua Macron. Kondisi itu juga mengancam untuk membayangi kunjungan Raja Charles III minggu depan ke Prancis, kunjungan asing pertama yang dia lakukan sebagai raja.
Serikat pekerja telah mengumumkan pemogokan dan protes baru untuk Selasa 28 Maret 2023 atau hari kedua kunjungannya. Sementara jumlah pedemo di Paris dan kota-kota lain lebih tinggi daripada hari-hari protes sebelumnya. Protes tersebut diberi momentum baru oleh penolakan Macron dalam sebuah wawancara TV pada Rabu untuk mundur dari reformasi.
Polisi dan pengunjuk rasa kembali bentrok di jalan-jalan ibu kota selama demonstrasi besar-besaran, pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan menyerang massa dengan pentungan.
Beberapa pengunjuk rasa menyalakan api di jalan, membakar palet dan tumpukan sampah yang tidak dikumpulkan, mendorong petugas pemadam kebakaran untuk turun tangan, kata koresponden AFP.
“Di seluruh Prancis, 123 anggota pasukan keamanan terluka dan sedikitnya 80 orang ditangkap,” ujar Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin, seperti dikutip AFP, Jumat (24/3).
Kementerian Dalam Negeri mengatakan: “Sekitar 1,089 juta pengunjuk rasa mengambil bagian dalam demonstrasi di seluruh Prancis. Menempatkan jumlah pemilih di Paris sebanyak 119.000, tertinggi di ibu kota sejak gerakan dimulai pada Januari”.
Serikat pekerja mengklaim rekor 3,5 juta orang telah melakukan protes di seluruh Prancis, dan 800.000 di ibu kota. (medcom/Foto: AFP)