Gulir ke bawah
Blibli.com
Shopee Indonesia
Shopee Indonesia
Gaya Hidup

Milenial Sering Dihinggapi Stres, Ini Penyebabnya

243
×

Milenial Sering Dihinggapi Stres, Ini Penyebabnya

Sebarkan artikel ini

WARTA-1 – Bukan rahasia lagi, tekanan dan stres kerap melanda kaum milenial yang kini menginjak usia produktif.

Tak cuma karena pekerjaan, tapi ada beberapa kebiasaan yang bikin stres kerap dilakukan. Hal tersebut kadang membuat kondisi mental mereka menjadi naik turun.

Gulir ke Bawah
Blibli.com
Selamat Membaca

Loren Soeiro, seorang Psikolog, menyebut stres memang lekat dengan generasi milenial. Bahkan, sebanyak 17 persen di antaranya mengalami depresi dan 14 persen mengalami kecemasan. Dibanding generasi sebelumnya, milenial lebih sering mencari bantuan psikolog atau konselor.

“Uang adalah satu dari sekian banyak kekhawatiran milenial. Kebanyakan susah menemukan pekerjaan, masih hidup bersama orang tua atau memendam kekhawatiran serius tentang menghasilkan cukup uang untuk hidup sendiri,” kata Soeiro dalam tulisannya di Psychology Today.

Agar stres tak terus melanda, anak milenial kiranya menghindari beberapa kebiasaan berikut. Tanpa disadari, deret kebiasaan ini umumnya rentan menimbulkan stres.

1. Kurang tidur

Kurang tidur berkontribusi pada stres dan cemas. Dikutip dari Forbes, studi oleh University of California at Berkeley menemukan, kurang tidur bisa berpengaruh pada area otak yang berhubungan dengan kecemasan berlebih.

2. Buka ponsel sebelum tidur

Menggunakan ponsel sebelum tidur juga jadi kebiasaan yang bikin gampang stres. Studi dari Pew Research menemukan, 8 dari 10 milenial mengaku kerap tidur dalam kondisi ponsel menyala.

Tak cuma itu, ponsel juga terus aktif menerima pesan, panggilan telepon, surel, lagu, berita, video, gim, hingga alarm.

Kondisi itu membuat tubuh tak bisa beristirahat dengan optimal sehingga rentan terhadap stres dan cemas.

“Khalayak, terutama kaum milenial, menggunakan ponsel sampai tidur. Jika kita menggunakan gawai sebelum tidur, cahaya biru masuk ke mata kita dan spektrum biru itu mengakibatkan respons biologis kewaspadaan.

Tanpa kita sadari, tubuh kita sedang memberi isyarat untuk bangun,” jelas Rebecca Robbins, peneliti tentang tidur, seperti dikutip dari Healthline.

3. Kerja sampai lupa waktu

Standar kesuksesan membuat kaum milenial mau tak mau harus bekerja keras. Penghasilan dari pekerjaan utama kerap dianggap tidak cukup sehingga perlu ada pekerjaan sampingan.

Hal ini diperparah dengan maraknya istilah ‘hustle culture’, di mana ada anggapan bahwa sukses hanya bisa dicapai dengan kerja keras tanpa batas.

Padahal, Anda harus ingat, tubuh memiliki batas dan tak selalu bisa mengimbangi tanggung jawab yang menggunung.

“Kita bahkan mungkin tergoda untuk membawa pulang pekerjaan kita dan menyelesaikan proyek di tempat tidur pada malam hari. Ini dapat menciptakan hubungan mental antara kasur dan pekerjaan, bukan kasur dan tidur. Tidur pun makin susah,” jelas Martin Reed, ahli kesehatan tidur klinis dan pendiri Insomnia Coach. (sumber: cnn)

I Love Wallpaper Store